Rabu, 20 November 2013

Ingin Kurus? Cobalah Tidur dan Bangun di Waktu yang Sama Setiap Hari

Jakarta, Jika Anda ingin menurunkan berat badan tapi tak punya banyak waktu untuk pergi ke gym, kini sebuah studi terbaru memberikan alternatif yang lebih mudah. Jadwalkan dengan baik waktu tidur Anda, usahakan untuk tidur dan bangun di waktu yang sama setiap hari. Mengapa?

Hasil studi ini mengungkapkan bahwa orang yang bangun dan pergi tidur pada waktu yang sama setiap hari akan menjadi lebih ramping dibandingkan dengan mereka yang pola tidurnya tidak teratur.

Para peneliti mempelajari lebih dari 300 wanita berusia 17-26 tahun selama beberapa pekan. Ditemukan bahwa peserta yang pola tidurnya paling konsisten memiliki lemak tubuh yang lebih rendah. Sementara mereka yang memiliki perbedaan waktu tidur sekitar 90 menit setiap harinya memiliki kadar lemak tubuh yang tinggi.

Dilansir Daily Mail, Kamis (21/11/2013), studi yang telah dipublikasikan dalam American Journal of Health Promotion ini juga menemukan bahwa mereka yang tidur kurang dari 6,5 jam atau lebih dari 8,5 jam, memiliki lemak tubuh yang lebih tinggi. 

Salah seorang peneliti, Prof Bruce Bailey, mengatakan bahwa kualitas tidur yang buruk dapat meningkatkan tingkat lemak tubuh. Sebab saat seseorang kurang tidur, maka akan berpengaruh pada hormon yang mengatur nafsu makan. Untuk meningkatkan kualitas tidur, cobalah untuk olahraga teratur, memastikan kamar tidur tetap tenang dan gelap, serta menggunakan tempat tidur benar-benar hanya untuk tidur.

Penelitian sebelumnya dari Temple University, Philadelphia, mengungkapkan bahwa ketika seseorang tidur di malam hari dengan baik maka akan memiliki nafsu makan yang lebih terkontrol. Para peneliti juga menemukan bahwa ketika waktu tidur anak-anak sudah cukup, mereka mengonsumsi 134 kalori lebih sedikit per hari.

Temuan ini didukung oleh penelitian dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, yang juga mengungkapkan bahwa 'perampasan' jam tidur akan membuat seseorang tanpa disadari makan lebih banyak kalori. Peneliti yakin kondisi ini muncul sebagai akibat dari tingginya kadar hormon leptin dan ghrelin saat seseorang sedang lelah. Kedua hormon ini berhubungan dengan nafsu makan.


Ajeng Annastasia Kinanti - detikHealth
Kamis, 21/11/2013 07:59 WIB

Konsumsi Pil KB Selama Tiga Tahun Tingkatkan Risiko Kebutaan?

Jakarta, Seperti halnya obat kimiawi pada umumnya, pil KB juga dapat menimbulkan efek samping. Yang sering dijumpai antara lain sakit kepala, nyeri pada payudara, munculnya flek darah dan rendahnya gairah seks. Namun sebuah studi baru menyebut konsumsi pil KB juga dapat mengakibatkan kebutaan.

Studi ini secara rinci mengatakan wanita yang mengonsumsi pil KB secara rutin dalam kurun tiga tahun berpeluang 2,05 kali lebih besar untuk terkena gangguan mata yang dapat berujung pada kebutaan, yaitu glaukoma. Glaukoma sendiri terjadi ketika tabung drainase pada mata terhambat sehingga cairan mata tidak mengering sempurna dan kondisi ini memicu tekanan pada mata, merusak saraf optik termasuk saraf-saraf yang berasal dari retina.

Seperti dikutip dari Daily Mail, Kamis (21/11/2013), kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti mengamati data National Health and Nutrition Examination Survey tahun 2005-2008 yang melibatkan 3.406 partisipan wanita berusia di atas 40 tahun dari penjuru Amerika yang diminta mengisi kuesioner tentang kesehatan reproduksi dan indera penglihatan, termasuk menjalani pemeriksaan mata.

Yang disayangkan, kerusakan mata yang disebabkan oleh glaukoma tak dapat disembuhkan. Pengobatan yang tepat pun hanya menunda kerusakan mata yang lebih parah akibat glaukoma. Untuk itu, peneliti kini tengah gencar-gencarnya mendorong para ginekolog dan dokter mata untuk meminta pasiennya yang rutin minum pil KB menjalani screening mata agar diketahui risiko glaukomanya.

"Studi ini juga bisa mendorong studi lain di masa depan untuk memastikan adanya kaitan antara konsumsi kontrasepsi oral dengan glaukoma. Namun pada poin ini, kami menemukan wanita yang mengonsumsi kontrasepsi oral selama tiga tahun lebih perlu menjalani screening untuk mengetahui apakah ia berisiko kena glaukoma atau tidak dan mendapatkan pengawasan ketat dari dokter mata," tandas peneliti Dr. Shan Lin dariUniversity of California, San Fransisco.

Bahkan dalam studi ini dikatakan efeknya tetap terlihat, tak peduli apapun jenis kontrasepsi oral yang dikonsumsi partisipan. Studi sebelumnya menduga jika estrogen berada di balik risiko glaukoma pada wanita yang mengonsumsi pil KB dalam jangka panjang ini. 

Yang jelas, meskipun efeknya tak langsung, peneliti tetap menganjurkan agar wanita yang rutin minum pil KB untuk selalu waspada terhadap risiko tersebut.



Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Kamis, 21/11/2013 12:01 WIB